Kulitnya
sering melepuh, gak bisa keluar rumah gara-gara sensitif sinar
matahari, duduk aja susah, apalagi berjalan. Sehari-hari ia hanya tidur
di kamar yang remang. Ia memang lahir normal, tapi di usia lima tahun ia
kena penyakit langka yang disebut dermatomyositis yang menyerang imun tubuhnya. Imun yang harusnya melindungi malah menyerang tubuhnya.
“Jujur,
gw pernah marah sama Tuhan. Hampir lima tahun! Bayangkan tiap hari
badan gw sakitnya luar biasa. Kulit mengelupas dan berdarah. Gak bisa
ketawa, gak bisa nangis, soalnya syarafnya kejepit.” Gitu kenang Maria Beatrix, gadis kelahiran 1 Mei 1980 ini. Tapi kemudian ia membaca kisah Ayub di Alkitab. “Gw jadi dikuatkan banget. Apapun yang terjadi dalam hidup gw, gw tau Tuhan mengasihi gw.”
Lebih
dari 20 tahun Maria Beatrix hidup dalam kesakitan. Tapi itu hanya di
tubuhnya. Kepercayaan dirinya nggak terpengaruh. Ia mengerti kalo ia
adalah ciptaan Tuhan yang unik. Maria menemukan kalo Tuhan memberinya
kreatifitas dan cepat belajar. Meski gak keluar rumah, melalui internet
ia menyerap semua ilmu pengetahuan. Ia membuat barang-barang hasil
kreasinya yang bisa ia jual. “Ada banyak orang yang sempurna
tubuhnya tapi gak sempurna pikirannya. Ada banyak cobaan menimpa tubuh
gw, tapi itu nggak ngancurin jiwa gw. Life is a gift. Gw spesial karena Tuhan yang menjadikan gw spesial.” Ujarnya semangat, “Gw udah bangkit dan gw pengen hidup lebih baik lagi sekarang”.
Hmmm.
Mungkin nggak banyak dari kita harus ngalamin penderitaan fisik yang
pernah dialami sama teman kita ini. Tapi kayak yang dibilang sama
Beatrix, mungkin tubuh kita normal tapi pikiran kita justru yang
menghalangi kita buat terus maju. Coba
sebutin satu hal dari diri kita yang gak kita sukai. Wah kita pasti
bisa nyebutin lebih dari satu, hehe. Dari cara kita memandang diri kita
sendiri itulah terbentuklah citra diri atau gambar diri.
Citra diri atau gambar diri adalah suatu perasaan jauh di dalam diri kita tentang diri sendiri. Citra dirilah yang bilang: “Gw suka diri gw” atau sebaliknya, “gw gak suka sama diri gw!”.
Citra diri yang sehat adalah faktor penting penentu keberhasilan dan
kebahagiaan seseorang, lho! Soalnya kita cenderung buat berlaku,
bersikap, bertindak dan bereaksi sebagai seseorang yang kita anggap diri
kita, mau salah atau bener. Citra diri yang nggak sehat bisa bikin kita
jadi minder (menganggap dirinya buruk) atau sebaliknya malah jadi narsis or over pede (menganggap dirinya baik tapi secara berlebihan).
Citra diri adalah suatu pemerintahan bawah sadar
yang bisa nyetir tindakan kita. Citra diri jugalah yang ngebatesin
kita, kalo kita melampaui pengharapan kita maka citra diri bakalan
menariknya kembali ke bawah. Juga sebaliknya kalo kita jatuh di bawah
citra diri kita, maka citra diri itulah akan mengangkatnya.
Darimana
sih kita mendapatkan citra diri? Biasanya kita mendapatkannya sebagai
akibat dari apa yang kita dengar dari orang lain tentang kita, misalnya
dari ortu kita, temen, pemimpin atau bahkan diri kita sendiri. Padahal,
citra diri yang sehat adalah apa yang Tuhan katakan tentang kita.
Tuhan
pengen kita mempunyai citra diri yang sehat, positif dan memandang diri
kita sendiri sebagai harta karun yang gak ternilai harganya. Tuhan tau
kok kita punya kekurangan dan kelemahan dan sering berbuat kesalahan,
tapi Tuhan tetep mengasihi kita. Ia ingin kita merasa nyaman tentang
diri kita sendiri. Tuhan menciptakan kita sesuai gambarNya dan Ia terus
menerus membentuk kita dan menyesuaikannya dengan karakterNya, menolong
kita menjadi serupa denganNya.
Kita
harus belajar mengasihi diri kita sendiri, termasuk kelemahan kita,
bukan karena kita orang egois atau karena ingin memaafkan
kelemahan-kelemahan diri kita sendiri, melainkan karena begitulah Tuhan
mengasihi kita. KasihNya pada kita bukan karena apa yang kita lakukan
tapi karena siapa kita sebenernya di mataNya. Ia menciptakan kita
sebagai pribadi yang unik, gak pernah ada sebelum atau sesudahnya,
sekalipun kita anak kembar identik! Kita adalah masterpiece, mahakaryaNya.
Tuhan
juga memandang kita sebagai pemenang. Tuhan percaya pada kita lebih
daripada kita percaya pada diri kita sendiri. Sering kan Tuhan pengen
kita melakukan yang besar tapi gara-gara citra diri kita yang buruk kita
malah bilang or berpikir, “Tuhan, aku gak bisa melakukannya! Yang lain dulu deh!”
MINDER KEBLINGER
Taukah kamu, ada seorang raja yang tampan dan keren, tapi minder gak ketulungan, “...namanya
Saul, seorang pemuda yang tampan dan tegap. Tak seorang pun di seluruh
Israel yang lebih tampan dari dia. Badannya juga lebih tinggi; rata-rata
tinggi orang Israel hanya sampai pundaknya.” (1 Samuel 9:2 BIS). Saul
dipilih Tuhan buat jadi raja Israel, Tuhan menganggap diri Saul
berharga dan memenuhi syarat. Tapi di hari penobatannya, Saul malah
sembunyi. “Lalu mereka mencari Saul, tetapi ia tidak ada.
Sebab itu orang-orang bertanya kepada TUHAN, "Ya TUHAN, apakah orang itu
sudah ada di sini?" Jawab TUHAN, "Saul bersembunyi di belakang
barang-barang perlengkapan." (1 Samuel 10:21-22 BIS). Saul ngumpet,
dia pemalu, nggak pede, minder. Citra diri yang buruk ini bikin dia
selalu merasa gak aman, ia selalu merasa Daud akan mengkudeta dia. Saul
juga takut waktu menghadapi Goliat. Ketakutannya en keminderannya bikin
dia sempet stress, dikuasai roh jahat dan kehilangan urapan Tuhan. Saul gak tau kalo sebenernya Tuhan percaya penuh padanya.
Itu
juga sempet terjadi pada Gideon. Waktu Tuhan mencari pahlawan buat
membebaskan bangsa Israel, ia mengutus Gideon. Tapi Gideon malah bilang
gini, "Mengapa
saya, TUHAN? Mana mungkin saya melepaskan umat Israel dari kekuasaan
orang Midian. Di dalam suku Manasye, kaum sayalah yang paling lemah. Dan
di dalam keluarga saya pun sayalah pula yang paling tak berarti.".
Gideon
udah salah membentuk citra dirinya, ia melihat fisiknya yang kecil dan
lemah, ia melihat keluarganya yang miskin dan tertindas. Tapi beruntung
ia cepat mengubahnya, ia mulai setuju dengan citra diri yang Tuhan
bilang padanya: “Hai, pemuda yang perkasa! TUHAN besertamu! Kamu pasti bisa!” (dikutip dari kitab Hakim-hakim 6 BIS).
Kita mungkin menganggap diri kita loser alias pecundang, penakut, lemah atau nggak berarti, tapi itu gak mengubah cara Dia memandang kita: seorang pemenang! “Kamu pasti bisa!” Kata Tuhan.
Beda
ama Daud kecil waktu ngelawan Goliat. Biarpun keluarganya bilang dia
kecil en lemah, saudara-saudaranya merendahkan dia, orang-orang
menganggap remeh dia, tapi Daud memandang dirinya seperti Tuhan
memandangnya. Waktu Goliat ngejek dia, “Untuk
apa tongkat itu? Apakah kauanggap aku ini anjing? Ayo, maju! akan
kuberikan tubuhmu kepada burung dan binatang supaya dimakan.". Tapi Daud
menjawab, "Engkau datang melawanku dengan pedang, tombak dan lembing,
tetapi aku datang melawanmu dengan nama TUHAN Yang Mahakuasa, Allah
tentara Israel yang kauhina itu. Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan
engkau kepadaku; engkau akan kukalahkan dan kepalamu akan kupenggal.
Tubuhmu dan tubuh prajurit-prajurit Filistin akan kuberikan kepada
burung dan binatang supaya dimakan. Maka seluruh dunia akan tahu bahwa
kami bangsa Israel mempunyai Allah yang kami sembah, dan semua orang di
sini akan melihat bahwa TUHAN tidak memerlukan pedang atau tombak untuk
menyelamatkan umat-Nya. Dialah yang menentukan jalan peperangan ini dan
Dia akan menyerahkan kamu ke dalam tangan kami." (Dikutip dari 1 Samuel 17 BIS).
Daud
gak sempurna, tapi dia tau bahwa di hadapan Tuhan dan bersama Tuhan ia
jadi sempurna. Tuhan gak pernah permasalahin ketidaksempurnaan kita.
Jadi kita juga gak usah permasalahin segala macam tetek bengek kelemahan
yang ada dalam diri kita. Tuhan senang memakai orang-orang biasa kayak
kita-kita ini yang punya banyak kelemahan buat melakukan hal yang luar
biasa. Paulus bilang, “...Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.” (2 Korintus 12:9b).
Dalam film KungFu Panda, pada awalnya, para pendekar The Furious Five
(yang terdiri dari Cengcorang, Harimau, Bangau, Monyet dan Ular)
mengejek dan mentertawakan Po si Panda karena tubuhnya yang gendut. Tapi
kemudian Pendekar Mantis (Cengcorang) berkata, “Siapa aku sehingga aku menilai pendekar dari ukuran tubuhnya?”.
Dia mengingat bahwa dia sendiri hanyalah seekor serangga kecil, tapi
seorang pendekar nggak dinilai dari ukuran tubuhnya. Pada akhirnya, Po
membuktikan bahwa dialah sang Pendekar Naga. Minder membuat kita gak
bisa maju. Saya jelek, saya gendut, saya gak pinter ngomong, saya
pendek, saya suka gugup. Minder sebenernya hanyalah bentuk lain dari
kesombongan, hanya saja kita sombong akan kekurangan kita dan meremehkan
hasil karya Tuhan dalam hidup kita. Cari kelebihan kita, jangan biarkan
orang lain menghakimi kita dan maju terus!
“Jangan
seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah
teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah
lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu”.( I
Timotius 4:12)