“But to as many as did receive and welcome Him, He gave the authority to become the children of GOD, that is, to those who believe in His name” (John 1:12)

Tuesday, 20 April 2010

Perjalanan Si Boneka Kain

Di suatu pagi yang cerah, seorang nenek berambut putih keriting sedang duduk di halaman rumah tuanya yang ditanami banyak bunga-bunga indah. Di pangkuannya tampak sebuah boneka kain yang hampir jadi.

Sang nenek sedang menjahit baju boneka itu yang berwarna merah dengan sangat hati-hati dan penuh kasih sayang. Setelah baju itu jadi, sang nenek segera memakaikannya pada boneka kainnya.

Boneka itu tampak cantik, dengan wajah bulat, matanya terbuat dari dua buah kancing hitam yang mengkilat, serta rambutnya terbuat dari benang wol berwarna hitam yang dikonde menjadi 2, ditambah dengan baju merah yang indah membuat boneka kain itu terlihat sangat cantik.

Sang nenek memandang boneka hasil buatannya itu sambil tersenyum. Ia membayangkan cucu perempuannya yang berusia 10 tahun akan sangat gembira menerima boneka itu sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke 10 minggu depan.

Satu minggu berlalu, dan hari ulang tahun cucunya pun tiba. Sang nenek membungkus boneka kain dengan kertas kado merah muda yang indah. Dengan bersemangat, sang nenek berangkat ke pesta ulang tahun cucunya.

Pesta ulang tahun itu sangat meria. Banyak sekali tamu yang hadir dan kue-kue yang disediakan. Sang nenek mencium cucunya untuk mengucapkan selamat ulang tahun, sambil memberikan hadiah untuk cucunya. Si gadis cilik dengan tersenyum menerima hadiah dari sang nenek.

Setelah pesta ulang tahun usai, si gadis cilik membuka satu per satu kado-kado yang diterimanya. Dia amat senang, karena mendapat banyak kado yang berisi mainan yang bagus-bagus.

Terakhir, ia membuka hadiah dari sang nenek. Ia sangat kecewa, karena ternyata isinya adalah boneka kain buatan nenek sendiri, dan bukan mainan yang bagus seperti isi kado-kado lainnya.

Si gadis cilik meletakan boneka kain itu di rak yang paling bawah dalam lemari tempat menyimpan mainannya. dia tidak pernah bermain dengan si boneka kain. Dia lebih suka bermain dengan mainannya yang bagus dan mahal dari pada bermain dengan si boneka kain.

Si boneka kain amat sedih. Dia hanya bisa diam sendirian di dalam lemari yang gelap. Boneka kain selalu menangis jika ia teringat pada sang nenek. Ia sangat rindu akan kasih sayang dan belaian lembut sang nenek. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanyalah boneka kain yang tidak bisa bergerak dan berbicara seperti manusia.

Waktu pun berlalu. Karena mainan si gadis cilik semakin banyak, lemari itu tidak cukup lagi untuk menaruh semua mainannya. Akhirnya, semua mainan yang sudah tidak dia sukai dipindahkan ke dalam gudang, termasuk si boneka kain.

Gudang itu adalah tempat yang gelap dan berdebu. Boneka kain semakin sedih, karena sekarang ia menjadi kotor. Bajunya yang berwarna merah menjadi kotor dan kusam. Kini boneka kain bukan lagi sebuah boneka yang cantik, tetapi sebuah boneka yang kotor dan berdebu.

Suatu hari, boneka kain dikejutkan oleh sebuah suara yang bergetar"

 " Bolehkah aku tidur di atas tubuhmu, karena aku sangat kedinginan?"

Ternyata suara itu adalah suara seekor tikus yang sedang mengigil kedinginan, karena seluruh tubuhnya basah kuyup.

Melihat tikus yang kedinginan itu, si boneka dengan senang hati segera menyuruh tikus untuk naik ke atas tubuhnya yang terbuat dari kain yang empuk, agar si tikus tidak kedinginan lagi.

Tikus bercerita:

"Aku basah, karena tadi aku jatuh ke dalam selokan, karena ada manusia yang mengejar dan berusaha memukulku sewaktu aku mencari makanan di luar sana."

Boneka kain sangat senang mendengar cerita tikus. Ia merasa, sekarang ia memiliki teman yang akan selalu bercerita kepadanya tentang apa yang terjadi di luar sana. Boneka kain tidak kesepihan seperti dulu lagi. Dan ia pun menjadi sahabat si tukus.

Namun, meskipun sekarang boneka kain memiliki tikus sebagai sahabatnya, ia tetap merindukan sang nenek. Baginya, tidak ada yang bisa mengantikan kasih sayang sang nenek.

Setiap malam, tikus akan keluar untuk mencari makan, dan kembali pada pagi hari untuk tidur di atas boneka kain sambil menceritakan apa yang telah dilihatnya di luar sana. Dan boneka kain akan terus bertanya, apakah tikus melihat nenek di luar sana.

"Tadi malam ada perayaan yang ramai, dan banyak sisa makanan yang ditinggalkan oleh manusia. Karena itu aku bisa mendapat banyak makanan." Kata tikus kepada boneka kain.

"Apakah kamu melihat nenek di antara orang-orang dalam perayaan itu? " Tanya boneka kain kepada tikus.

"Tidak, aku tidak melihat nenek. Karena tidak ada orang berambut putih dalam perayaan itu." Jawab tikus.

Suatu malam, tikus pergi mencari makan seperti biasa. Dan tak lupa boneka kain berpesan kalau-kalau tikus melihat sang nenek.

Saat pagi tiba, seperti biasa, boneka kain menunggu tikus kembali. Namun hari itu ada yang aneh. Tikus tidak kembali juga seperti biasanya. Bahkan setelah hari menjadi siang, tikus belum juga kembali.

Boneka kain menunggu dan terus menunggu. Sampai ke esokan hari pun, tikus tetap tidak kembali. Boneka kain merasa sangat sedih karena kehilangan sahabatnya. Ia bertanya, apa yang terjadi dengan si tikus? Kenapa ia meninggalkanku begitu saja?

Bonaka kain tidak tahu, kalau tikus sudah tertangkap waktu mencari makan di sebuah rumah malam itu. Pemilik rumah sudah membunuh si tikus. Karena itu, tikus tidak pernah kembali kepada boneka kain.

Kembali boneka kain sendirian dan kesepian di dalam gudang, tanpa tikus sahabatnya. Tapi boneka kain tetap berharap, suatu hari ia bisa bertenu sang nenek yang sangat menyayanginya.

Hari berganti tahun. Sudah tahun-tahun boneka kain berada di dalam gudang. Sampai suatu pagi, si gadis cilik pemiliknya dulu, yang sekarang sudah dewasa mengeluarkannya dari gudang bersama semua barang-barang lainnya.

Dia ingin menyumbangkan semua mainan dan baju bekasnya ke panti asuhan. Dia mengangkat boneka kain yang tergeletak di lantai gudang dan kotor. Membersikan debunya sekedarnya. Dan memasukannya ke dalam kardus bersama mainan lainnya.

Saat tiba di panti asuhun, semua mainan dan baju dibagikan kepada anak-anak panti asuhan.

Anak-anak sangat senang menerima baju dan mainan-mainan itu. Tapi tidak ada seorangpun yang mau dengan si boneka kain, karena dia kotor dan jelek.

Boneka kain diletakan begitu saja di sudut teras panti asuhan, dan tidak ada seorang pun yang mau bermain dengannya. Harapan boneka kain untuk bertemu sang nenek semakin tipis. Karena sekarang boneka kain berada semakin jauh dari rumah sang nenek.

Boneka kain menangis: "Nenek, di mana engkau ? Apakah aku bisa bertemu nenek lagi?"

????

Sementara itu, sang nenek yang sudah bertambah tua, tidak bisa tinggal sendirian di rumah lagi. Sang nenek kemudian dipindahkan ke sebuah panti jompo.

Di dekat panti jompo ada sebuah gereja dan sebuah panti asuhan. Setiap pagi, sang nenek akan pergi ke gereja untuk berdoa seorang diri.

"Tuhan, aku merasa kesepihan. Meskipun di panti jompo ada banyak orang, tapi aku kesepihan karena jauh dari rumah dan keluargakuku. Tuhan, tolong beri aku teman." Doa sang nenek kepada Tuhan.

Sepulang dari gereja hari itu, sang nenek singgah ke panti asuhan, melihat anak-anak yang sedang bermain untuk menghibur hatinya.

Di kejahuan, di sudut teras panti asuhan, sang nenek melihat sebuah boneka berbaju merah yang sudah rusak. Sang nenek merasa kenal dengan boneka itu, dan kemudian berjalan untuk mendekatinya.

Ternyata benar. Itu adalah boneka kain yang dibuatnya untuk hadiah ulang tahun bagi cucu perempuannya bertahun-tahun lalu. Sang nenek amat senang bisa bertemu boneka kain itu lagi. Sang nenek segera mengambil boneka itu dan memeluknya.

Boneka kain tidak bisa percaya orang yang sedang memeluknya adalah sang nenek. Suatu mujizat besar bagi boneka kain karena akhirnya ia bisa bertemu kembali dengan sang nenek.

Sang nenek sekarang memang tampak jauh lebih tua. Tapi boneka kain tetap bisa mengenali, itu adalah sang nenek yang telah membuatnya dengan penuh kasih sayang.

Sang nenek membawa boneka kain kembali ke panti jompo. Mencucinya sampai bersih, dan menjahit bagian-bagian yang telah sobek dengan hati-hati. Kini boneka kain tampak bersih dan cantik kembali.

Sang nenek bersyukur kepada Tuhan, karena sekarang ada boneka kain yang menemaninya, dan bisa membuatnya ingat akan rumahnya, tempat dia dulu membuat boneka kain itu.

Boneka kain juga sangat senang. Sekarang dia bisa kembali ke pelukan sang nenek. Semua penderitaan, kesedihan, kesepihan telah berlalu. Sekarang yang ada hanya kebahagiaan bersama dengan sang nenek untuk selamanya.