“But to as many as did receive and welcome Him, He gave the authority to become the children of GOD, that is, to those who believe in His name” (John 1:12)

Wednesday, 28 November 2012

Iman Yang Berkemenangan

Firman Tuhan

(1 Samuel 17:1-37)
Daud. seorang penggembala domba, menghadapi Goliat, raksasa Filistin. Daud percaya akan kuasa Tuhan yang melepaskan, dan ia menang atas lawannya yang tidak terkalahkan. Seperti Daud, kita juga akan menghadapi kesulitan-kesulitan yang lebih besar dari diri kita. Tuhan ingin membangun iman yang berkemanangan di dalam diri kita sehingga kita dapat menjadi seorang pemenang, seperti Daud. Apakah komponen-komponen dari iman yang demikian luar biasa?

Motivasi yang benar.
Keinginan Daud adalah untuk melindungi orang-orangnya dan nama Tuhan. Kita harus menguji motivasi hati kita agar kita yakin bahwa semuanya kita lakukan untuk Kritus, bukan untuk kepentingan diri kita sendiri.

Mengenali sifat peperangan.
Di dalam kehidupan orang-orang percaya yang sudah lahir baru, setiap kejadian yang terkecil sekalipun merupakan masalah rohani. Peperangan Daud di dalam alam jasmani adalah melawan Goliat, namun peperangan yang sesungguhnya adalah peperangan rohani.(Efesus 6:12).

Mengingat kemenangan-kemenangan yang sebelumnya.
Keyakinan Daud tidaklah berdasarkan atas apa yang terjadi. Melainkan ia mengingat kembali apa yang Tuhan lakukan sebelumnya, yaitu Tuhan telah menolong dia mengalahkan singa dan berunag. Kita dapat membayangkan sebuah film yang menyorot seluruh dimana saat-saat kita bersama dengan Tuhan dan Dia menyediakan bagi kita kekuatan dan stamina. Bayangkan itu berulang kali sampai kita siap untuk berperang.

Menolak nasihat-nasihat yang tidak benar.
Daud sangat yakin akan rencana Tuhan baginya, sehingga ia menolak untuk mendengarkan tuduhan-tuduhan saudara-saudaranya akan motivasi-motivasinya yang tidak murni. Ia juga menolak penilaian Raja Saul akan usianya yang masih sangat muda. Daud justru mengarahkan telinganya untuk mendengar dari Tuhan dan penasihat-penasihat yang akan DIa kirim.

"Goliat" apa yang sedang berdiri di hadapan kita? Ingatlah selalu bahwa di dalam Kristus, kita adalah pemenang (1 Yohanes 5:4).


by. GMA

Ketika Kita Mencari Tuhan

Firman Tuhan

(2 Tawarikh 31:20-21)
Demikianlah perbuatan Hizkia di seluruh Yehuda. Ia melakukan apa yang baik, apa yang jujur, dan apa yang benar di hadapan Tuhan, Allahnya.
Dalam setiap usaha yang dimulainya untuk pelayanan terhadap rumah Allah, dan untuk pelaksanaan Taurat dan perintah Allah,ia mencari Allahnya. Semuanya dilakukannya dengan segenap hati, sehingga segala usahanya berhasil.

Mencari Tuhan berarti ingin belajar lebih lagi tentang karakter-Nya, kehendak-Nya, dan rencana-rencan-Nya serta bagaimana menerapkannya ke dalam hidup kita. Untuk berupaya mencari dan menemukan Tuhan dibutuhkan sikap: Sungguh-sungguh. Hubungan kita dengan Tuhan haruslah didahulukan, melalui segala sesuatu yang lain di dalam hidup kita (Markus 12:30)

RAJIN
Ketaatan dan memberikan perhatian terhadap apa yang Tuhan katakan dan membawa kita lebih dekat dengan Dia (Amsal 8:17). Tidak ada perhatian atau kecerobohan akan membuat kita jauh dari Tuhan. Usaha yang terus-menerus untuk tetap taat dan memperhatikan akan membuat ikatan kita dengan Tuhan semakin kuat.

YAKIN
Ibrani 11:6 berkata Tuhan memberi upah kepada mereka yang rajin mencari Dia. Karena itu kita dapat yakin bahwa kita akan menemukan Dia melalui doa dan perenungan Firman Tuhan.

RENDAH HATI
Fakta yang sebenarnya adalah bahwa kita tidak layak menerima pengertian tentang Tuhan. Dalam segala hal kita sepenuhnya bergantung kepada-Nya dan kita tidak dapat melakukan apapun tanoa Dia (Yoh 15:5). Kesadaran ini akan membuat kita menjadi rendah hati, dan Tuhan yang ditinggikan (Yesaya 66:2).

Ambillah keputusan untuk mempunyai sikap seperti rasul Paulus:"Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya" (Filipi 3:8).***

 
by. DR. CFS

Tuesday, 27 November 2012

Kesaksian Sobat Kristus

Syallom saudara2ku yg terkasih dalam Tuhan Yesus.

Nama saya Windi. Saya seorang mahasiswi semester 7 di UNS Solo. Berbicara mengenai muzizat dan perbuatan Tuhan yg luar biasa di hidup saya memang sangat banyak. Berkali-kali Tuhan membentuk saya hingga akhirnya saya bisa menjadi seorang remaja yg mandiri dan kuat. Saya berasal dari keluarga broken home, ayah saya meninggalkan rumah sejak saya kelas 6 SD, tetapi ibu tidak mau menceraikan ayah saya dengan alasan Tuhan tidak menyukai perceraian. Tetapi saya tersiksa sebab ayah saya tidak mengijinkan saya, ibu, dan adik untuk ke gereja. Ayah saya memang muslim tetapi sejak pergi dari rumah ayah tidak lagi muslim melainkan 'kejawen' (semacam kepercayaan). Akhirnya orangtua saya bercerai ketika saya kelas 1 SMA..

Waktu itu saya sempat depresi sebab 1 bulan setelah perceraian, ayah saya menikah dengan tetangga saya. Saya malu dan hancur sekali. Tetapi pendeta saya dan teman2 selalu menyemangati saya, saya berdoa dan menyadari kalau saya seperti ini terus saya tidak akan menjadi apa2, ditambah adik saya saat itu masih kelas 3 SD dan selalu menanyakan "mengapa kita punya 2 ibu".

Saya bangkit, dan saya berdoa pada Tuhan. Akhirnya saya sadar, kalau ayah tetap menjadi suami ibu, selamanya saya tidak akan pernah leluasa untuk ke gereja dan memuji nama Tuhan. Selain itu, menurut ibu saya, sejak menikah hingga perceraian ayah saya tidak pernah memberi nafkah ibu. Setelah menikah untuk menyanggupi syarat cerai, ayah harus menyerahkan sejumlah uang untuk menafkahi saya dan adik. Walaupun hanya diberi beberapa bulan,saya tetap bersyukur karena paling tidak ayah mau memberikan uang untuk kami. Setelah ayah tidak memberi uang, ekonomi keluarga saya sedikit susah. Ketika itu uang saku saya hanya 100rb/bulan , itu masih dikurangi untuk biaya naik bus. Jadi uang saku saya sangat mepet sekali. Tetapi saya bersyukur karena itu saya selalu hidup sederhana dan apa adanya.

Hidup saya kembali dibentuk Tuhan ketika kelas 3 SMA saya, ibu, dan adik diusir kakaknya ayah saya dari rumah, sebab dia beranggapan kami tidak ada hak tinggal drmh ayah. Mau tidak mau kami harus pindah, dan akhirnya kami mengontrak rumah tetangga kami. Saat itu saya memikirkan cara mendapatkan uang akhirnya saya mulai belajar 'ngelesi' . Saya percaya ini muzizat Tuhan, hanya butuh waktu 1 tahun usaha ngelesi saya berjalan lancar akhirnya saya bisa membuka bimbingan belajar , dan perbulannya paling tidak uang 1juta bisa saya dapatkan. Ditambah lg ibu saya lolos ujian sertifikasi guru, sehingga keuangan keluarga kami meningkat drastis. Biaya kuliah dan kehidupan saya, saya tanggung sendiri dari hasil usaha les saya. Sedangkan gaji ibu untuk keperluan sehari-hari dan untuk sekolah adik, uang sertifikasi untuk tabungan . Hidup saya sangat diberkati Tuhan ketika saya bergantung penuh pada Nya dan tentunya selalu memberikan persembahan persepuluhan.

Kiranya kesaksian saya ini bisa menjadi berkat bagi saudara2 semua. Tuhan Yesus memberkati

sumber kesaksian: Windi Yudoyono

Monday, 12 November 2012

Untitled

Seorang teman bertanya,
“kenapa jam di rumahmu tidak ada yang tepat waktu”?

Kalau diperhatikan memang demikian, Jam di ruang tamu ku lebih 30 menit, di ruang TV juga demikian sedangkan di ruang kamar tamu dan kamarku sendiri berbeda sekitar 1 jam. Walau demikian aku hafal dengan perbedaan waktu tersebut. Lalu seperti pertanyaan dari teman ku…”untuk apa itu dilakukan”??

Hmmm rasanya enak saja kalau tiba-tiba terbangun jam menunjukan pukul 05:30 pagi, dan aku tahu bahwa itu masih jam 04:30 pagi.. artinya masih ada waktu kurang lebih 1/2 jam untuk tidur kembali sebelum kemudian bangun untuk melaksanakan saat teduh. Atau ketika terburu-buru hendak pergi atau melakukan sesuatu begitu melihat jam di ruang keluarga masih menyisakan waktu 1/2 jam untuk mempersiapkan segala sesuatunya dan memastikan semuanya sudah siap.

Entahlah .bagiku mempunyai kelebihan waktu 1/2 jam sampai 1 jam menjadi suatu sumber harapan dimana saya masih berharap untuk tidur kembali atau bisa datang ke kantor ku tepat waktu walau jam di pergelangan tangan ku menunjukan hal yang sebaliknya.

Harapan…mungkin inilah yang membuat saya senang memajukan jam di rumah dan juga dipergelangan tangan ku untuk tidak tepat waktu :)

Seperti harapan yang dimiliki Ben teman ku yang dengan mata berbinar-binar menyerahkan proposal project kepadaku walau berulang kali kukatakan bahwa aku hanya bersifat membantu mendaftakrkan saja tanpa bisa membantunya untuk lolos tender kali ini. Atau seperti Tika yang terlihat cerah dengan senyum manisnya ketika tahu bahwa menurut dokter kandunganya dia dan suaminya tidak mempunyai masalah dalam hal reproduksi maka besar kemungkinan untuk mempunyai anak..ini hanya tinggal masalah waktu.. begitu katanya..

Harapan seringkali membangun mimpi seseorang, dengan harapan seseorang bisa melihat dunia dengan segala keindahannya..mensyukuri keberadaan dirinya dan merasa mampu untuk tetap bertahan.

Seorang penyair menyatakan bahwa harapan itu seperti sayap burung yang mampu membawa terbang dirinya ke alam bebas untuk bisa merasakan hidup yang sejatinya. Berbeda dengan orang-orang yang tidak mempunyai harapan, mereka akan berputus asa. Melihat dunia dari kegelapan, merasakan bahwa keberadaanya tak ada gunanya lagi sehingga banyak juga orang yang berputus asa akhirnya menyakiti diri mereka sendiri bahkan ada yang bisa untuk mengakhiri keberadaan dirinya sendiri.

Jangan heran kalau berkunjung ke rumah Pakde ku yang tinggal di kawasan Bandung timur, di rumahnya ada 3 tangga kayu yang tergeletak di dalam garasi mobilnya. Padahal dengan kondisi rumah hanya satu lantai tanpaada pohon besar, boleh di pertanyakan kegunaan tangga tsb.

Itupun yang kutanyakan pada Beliau, mengapa Pakde harus memiliki tangga kayu bahwa sampai 3 buah banyaknya.Pakde ku mengatakan bahwa kadang kala beliau melihat penjual tangga yang berkeliling komplek, mereka memikul tangga2 tersebut di pundaknya bahkan sampai 5 buah banyaknya. Bagaimana perasaan tukang tangga yang dengan susah payah memikul tangga tersebut berjalan berkilo-kilo dan berharap bahwa tangga2 akan terjual dan ternyata tidak satupun tangga yang terjual..

Beliau mengatakan bahwa tidak semata-mata dia membeli tangga untuk mendapatkan tangganya tapi lebih kepada memberikan harapan dan berbagi rezeki dengan si tukang tangga.Mungkin harga tangga dan keuntungan bagi tukang tangga tidaklah seberapa tapi harapan yang muncul dalam dirinyalah yang bisa membuat tukang tangga bertahan memikul dengan susah payah tangga2 yang berat di pundaknya dan menjajakan tangga tersebut dengan berjalan kaki berkilo-kilo.

Harapan seringkali membuat kita kuat dan mampun bertahan, tanpa harapan mungkin saja kita tidak akan dapat bertahan walau hanya sesaat.

Lalu harapan apa yang kau pegang hari ini? ;)

- Unknown -